HEADLINE NEWS

Jumat, 17 Juni 2011

Wow, Sitimah Sudah 20 Tahun Susui Kucing!

Situbondo: Raba’i alias Sitimah, warga Desa Wringinanom, Kecamatan Panarukan, Kabupaten Situbondo sepertinya menganggap kucing peliharaannya seperti anaknya sendiri. Bagaimana tidak, perempuan berusia 55 tahun itu menyusui kucing-kucingnya.

Memang terdengar aneh, namun begitulah kehidupan yang dilakoni Sitimah selama 20 tahun terakhir. Namun, lebih dari 20 ekor kucing yang dipeliharanya, hanya tiga ekor yang ngempeng. Sisanya berprilaku seperti kucing pada umumnya.

Sitimah mengaku merasakan hal aneh ketika pertama kali ada kucingnya menyerobot payudaranya. “Awalnya, saya kaget. Kok ada kucing suka menetek,” ujar Sitimah saat ditemui di rumahnya, Rabu (15/6/2011).

Ia juga mengaku awalnya puting payudaranya terasa sakit di dalam mulut kucing, karena bagaimanapun gigi kucing lancip. Namun, rasa sakit itu ditahannya, karena ia tidak mau melepas atau membuang kucing yang suka netek itu.

“Kasihan Pak, kucing juga perlu disayang,” tutur perempuan yang hidup seorang diri itu, tanpa anak dan suami itu.

Tentu saja, tidak ada air susu keluar dari payudara Sitimah. Namun begitu, tetap saja si kucing tak mau melepaskan mulutnya. Bahkan, aktivitas ngempeng itu membuat si kucing merasa nyaman dan sampai tertidur. Uniknya, kucing-kucing itu akan marah kalau dipaksa melepaskan mulutnya dari payudara Sitimah dan langsung mencakar.

“Daripada terus dicakar ya sudah biarkan saja,” kata Sitimah sambil memeluk salah satu kucing yang sedang ngempeng.

Biasanya, aktivitas ngempeng itu diawali dengan naiknya satu per satu dari ketiga kucing itu ke pangkuan Sitimah, saat ia bersantai di teras. Kalau si ibu tidak segera membuka bajunya, kucing-kucing itu akan memberi isyarat ‘kepingin’ yaitu dengan cara menggigit jari-jari tangan Sitimah. Itu sebagai tanda bahwa perempuan itu harus menyodorkan payudaranya.

“Ini bekas luka gigitan kucing di jari tangan saya,” tukas Sitimah sembari menunjukkan jari-jari tangannya yang keriput.

Pergaulannya dengan kucing diawali pada 1978. Saat itu ia mulai senang memelihara kucing. Bahkan, dengan berlalunya waktu, ‘pasukannya’ bertambah banyak hingga suatu saat mencapai 40 ekor. “Awalnya ada sekitar 40 ekor, tapi sekarang hanya ada 27 ekor kucing yang ikut saya,” ungkap Sitimah.

Bukan urusan gampang memelihara kucing sebanyak itu. Tubuhnya yang sudah renta dipaksanya bekerja menjadi buruh tani dan mencuci baju tetangganya. Pekerjaan berat itu harus dilakukannya karena Sitimah harus menanak 2 kg beras tiap hari. “Dalam sehari saya harus memasak beras dua kilo, untuk makan saya dan kucing-kucing itu,” jelasnya.

Menurut Suma’ati, tetangga Sitimah, pengorbanan perempuan itu jauh lebih besar. Ia merelakan diri tidak menikah karena lebih menyayangi kucing. Sebelum terjadi banjir bandang yang melanda Situbondo pada awal 2000-an, Sitimah pernah dilamar seorang pria, namun Sitimah menolak mentah-mentah karena pria itu melarangnya memelihara kucing.

“Lebih baik saya tidak memiliki suami, kalau harus pisah dengan kucing,” kata Suma’ati menirukan ucapan Sitimah.

Suma’ati sendiri mengaku kasihan melihat kehidupan Sitimah yang ‘bergelimang’ kucing, dan harus bekerja keras sampai tua demi kucing-kucing itu. “Mau diapakan, ya kami biarkan saja,” kata Suma’ati.

0 komentar:

Posting Komentar