HEADLINE NEWS

Sabtu, 18 Juni 2011

Bersorban, Ketua DPRD Surabaya Bantah Korupsi

Surabaya: Tumben, Ketua DPRD Surabaya Wishnu Wardhana melilitkan sorban di leher, berpeci untuk melengkapi pakaian dinas untuk ngantor, seperti pada Kamis (16/6/2011) pagi. Pukul 10.00 WIB, ia turun dari mobil mewahnya, Hummer H2 kuning yang diparkir di depan pintu masuk gedung.

Itulah penampilan pertama Wishnu setelah dua pekan absen atau ketika disebut Polrestabes Surabaya paling bertanggung jawab dalam dugaan korupsi dana bimbingan teknis (bintek) senilai Rp 3,7 miliar.

Di gedung dewan, Wishnu langsung menggelar rapat selama tiga jam bersama para pemimpin dewan lain, yaitu Wisnu Sakti Buana (PDIP), Musyafak Rouf (PKB), Suyanto (PKS), serta Hari Sulistyowati (Pelaksana tugas Sekretaris DPRD) untuk membahas dugaan korupsi itu.

Usai rapat, Wishnu menggelar jumpa pers. Juga dihadiri pimpinan DPRD serta Ketua Badan Kehormatan (BK) Agus Santoso. “Saya habis umrah dan ngaji di Mekkah. Sekarang kita di sini juga mengaji ini,” kata Wishnu sembari tertawa kecil dan menaruh tangannya ke tumpukan buku perundang-undangan sebelum memulai jumpa pers.

Ternyata, ketika ditetapkan sebagai tersangka kasus itu, Wishnu sedang umrah. “Umrah menghapus dosa selama satu tahun. Setiap tahun sejak 1995 saya menunaikan umrah,” tutur mantan ketua DPC Partai Demokrat Surabaya itu sembari menunjukkan belasan tiket pesawat ke Mekkah. Peci tetap melekat di kepala dan sorban putih tetap melilit lehernya.

Ia mengaku kaget, begitu tiba di Surabaya, Kamis pukul 03.00 WIB, dan membaca namanya disebut-sebut dalam dugaan korupsi. “Saya baca seperti Surabaya kiamat saja,” ceritanya.

Ia membantah ada korupsi di gedung wakil rakyat itu, meski secara administratif itu mungkin. “Tidak ada kongkalikong. Yang melakukan itu (kongkalikong) adalah teman-teman kita ketika bintek,” katanya dengan nada tinggi.

Wishnu juga bersikeras, pelaksanaan bintek sesuai prosedur, yaitu ada tawaran dari pihak ketiga, lalu komisi di DPRD Surabaya mengajukan surat tugas bintek dari pimpinan yang kemudian disetujui. “Di sini pimpinan hanya mengatur waktu, jangan sampai ada tabrakan,” tukas Wishnu.

Ia juga membantah adanya pemeriksaan dari Polrestabes Surabaya. ”Saya tidak pernah dipanggil Polres. Semua masih dugaan. Kalau tidak ada bukti, dan tidak sesuai ya kami katakan itu tidak benar,” tukasnya.

0 komentar:

Posting Komentar