Yang Kelas Menengah Bertebaran di Ruko Lama
Puas berkeliling mengunjungi panti pijat kelas teri, untuk mengobati rasa penasaran, mari kita berkeliling merambah tempat pijat kelas menengah. berbeda dengan panti pijat kelas teri, tempat yang digunakan untuk panti pijat menengah ini tidak berada di pemukiman, namun sebaian besar memilih lokasi kawasan bisnis seperti rumah toko (ruko) serta rumah besar pinggir jalan raya.
Untuk nama, panti pijat kelas menengah ini cenderung menggunakan nama orang atau nama pemiliknya. Semisal pitrad Selvi dan lain sebagainya. tak jarang pula mereka memasang plakat spa dan salon.
Untuk pemilihan tempat, panti pijat kelas menangah ini sengaja memilih kawasan pertokoan yang sepi atau tidak laku serta blok rumah toko (ruko) yang hanya terdiri dari beberapa bangunan saja.
Dari penelusuran di lapangan, hampir di seluruh blok pertokoan lama selalu berdiri panti pijat kelas menengah. Misalnya di kawasan pertokoan Kedung Doro, kawasan pertokoan Jagalan, Kawasan Pertokoan Barata Jaya, Ngagel, Darmo Park.
Penataan ruangan pun berbeda dengan pitrad kelas teri. Pada pitrad kelas menengah ini, dilengkapi dengan meja penerima tamu, lengkap dengan sofa ruang tunggu layaknya tempat usaha profesional.
Seperti pada panti pijat menengah di kawasan Ngagel, begitu masuk, kita langsung menuju meja penerima tamu. Di sana kita akan disuguhi buku tebal berisi belasan foto wanita cantik. Kita diperkenankan memilih pemijat yang cocok dengan selera kita.
Dalam buku itu, digolongkan menjadi tiga level, yakni pemijat ringan, sedang, serta pemijat kelas berat. Untuk pemijat kelas berat, biasanya diidentikan berbadan gempal, begitu juga sebaliknya. dilihat dari wajah dalam foto, rata-rata usia pemijat tergolong muda, antara 20 hingga 35 tahun.
Harga yang dipatok untuk panti pijat kelas menengah ini pun tak juga terlalu mahal, yakni berkisar 150 ribu untuk pelayanan terapi pijat dengan durasi waktu dua jam. Usai memilih terapist yang diinginkan, kita akan langsung diarahkan menuju kamar tempat melakukan ritual terapi.
Kamar yang digunakan pun, digolongkan menjadi dua, yakni standar dan VIP, hanya terpaut beberapa ribu saja. Untuk kamar standar, biasanya mereka menerapkan aturan dari pemerintah daerah, yakni tidak berpintu (hanya kelambu), serta memiliki kotak penghubung dengan kamar lain. Jadi jangan heran jika memilih kamar standar, kita sesekali mendengar suara desahan dari pengunjung lain, karena memang setiap kamar beratap terbuka dan terhubung dengan kamar yang lain.
Namun ada panti pijat yang menyiasati aturan tersebut. Seperti panti pijat MD yang berada di kawasan Jagalan. Meski memiliki kamar yang berpintu kain, panti pijat tersebut menyetting sedemikian rupa, agar kamar tertutup layaknya pintu. Cukup cerdik, panti pijat di kawasan Jagalan Surabaya tersebut pada samping pintu kamarnya diletakkan almari seukuran pintu yang didisain geser, sehingga meyerupai pintu geser.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari operasi petugas satpol PP tentang pemberlakukan aturan sebuah kamar panti pijat yang dilarang menggunakan pintu kayu. Sementara itu, pelanggan cukup puas dengan ruangan yang tertutup.
0 komentar:
Posting Komentar